Minggu, 09 Oktober 2016

Hutan, Hujan, dan Kenangan

Surabaya di bulan oktober, dalam nuansa hujan dengan intensitas yang cukup curam. Kadang seharian di guyur rintik air yang berjatuhan dengan irama saling bersahutan. Tapi tetap guyup rukun mengalun merdu.

Di jantung kota pahlawan sepasang muda mudi berlalu lalang. Berteduh sebagian, sisanya terus berjalan menerabas hujan dengan pengaman darurat bernama jas hujan.

Malam semakin larut, jalanan pun perlahan mulai surut. Basah menyelimut, hawa dingin ikut bergelayut. Ini akhir pekan, di mana para pejalan melaksanakan ritual nya menembus hutan merayakan kesyahduan di ketinggian. Ada juga hati lain yang sedang membanjir sendu akibat dari hujan rindu yang semakin terasa di setiap malam minggu. Kaum jomblo yang eksis, terkadang segan untuk narsis.

Hutan, hujan dan kenangan. Tiga hal yang saling berkaitan bagi setiap pejalan yang semakin jenuh dengan kepalsuan kehidupan negaranya. Lebih baik mengasingkan diri daripada terbawa arus isu sosial berbalut kepentingan politik golongan.

Hutan merangkulku dari absurd nya pemerintahan. Hujan melegakanku dari dahaga kehidupan. Namun kenangan menyeretku semakin dalam, kedalam genangan luka akan kerinduan pada "Bapak Bangsa" yang semakin di komoditaskan oleh golongan kaum "Bangsatwan Bangsatwati" yang duduk di kursi dalih perwakilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar